Amalan Doa Sebelum dan Sesudah Belajar untuk Memperoleh Ilmu yang Berkah

Amalan Doa Sebelum dan Sesudah Belajar untuk Memperoleh Ilmu yang Berkah

Belajar bukan sekadar rutinitas harian yang identik dengan buku, catatan, dan ujian. Dalam pandangan Islam, menuntut ilmu merupakan ibadah mulia yang mengantarkan seseorang pada derajat yang tinggi di hadapan Allah dan manusia.

Bahkan, ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ dimulai dengan perintah membaca, sebuah isyarat kuat betapa seriusnya Islam memuliakan ilmu.

Namun, ilmu dalam Islam tidak hanya dinilai dari sejauh mana ia mengisi kepala, melainkan seberapa dalam ia menumbuhkan ketakwaan dan amal.

Dengan kata lain, ilmu yang sejati bukan yang membuat sombong, tetapi yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Di sinilah letak urgensi keberkahan dalam belajar, agar ilmu yang diperoleh tidak hanya bermanfaat secara akademis, tetapi juga memberi cahaya bagi kehidupan.

Salah satu cara menjemput keberkahan ilmu adalah dengan berdoa. Doa bukan sekadar ungkapan harapan, melainkan bentuk ketundukan dan kesadaran bahwa akal manusia terbatas, dan hanya dengan izin Allah ilmu bisa menancap kuat dalam hati dan pikiran.

Maka, membiasakan doa sebelum dan sesudah belajar bukan hanya soal kebiasaan baik, tapi juga wujud adab spiritual dalam proses menuntut ilmu.

Hukum Belajar dalam Islam

Dalam Islam, belajar merupakan sebuah keharusan yang melekat pada setiap individu. Tuntutan untuk menuntut ilmu bahkan telah diikat dengan hukum syar’i: ia bisa menjadi fardhu ‘ain, yakni wajib atas setiap orang Muslim, atau fardhu kifayah, yaitu kewajiban kolektif yang bila sudah ditunaikan oleh sebagian, gugurlah dari yang lain.

Contohnya, memahami cara bersuci, salat, dan muamalah dasar adalah fardhu ‘ain, karena setiap Muslim wajib mengetahui hal-hal tersebut agar dapat menjalani kehidupan sesuai syariat.

Sementara itu, mendalami ilmu medis, teknologi, atau strategi pertahanan bisa menjadi fardhu kifayah, karena manfaatnya menyangkut kemaslahatan umat secara luas.

Sabda Rasulullah ﷺ yang masyhur menyatakan:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

 

Artinya: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Hadis ini tidak hanya menunjukkan keharusan belajar, tetapi juga menyiratkan inklusivitas, baik laki-laki maupun perempuan mendapat hak dan tanggung jawab yang sama dalam menimba ilmu.

Para ulama klasik maupun kontemporer sepakat bahwa ilmu adalah pintu menuju keselamatan dunia dan akhirat. Imam Al-Ghazali, misalnya, menekankan bahwa ilmu merupakan fondasi bagi semua amal; tanpa ilmu, ibadah bisa salah arah.

Sementara Imam Syafi’i menyebut ilmu sebagai cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada hati yang gelap oleh maksiat.

Lebih dari sekadar alat untuk meraih gelar, ilmu dalam Islam adalah sarana untuk memahami kehidupan, memperbaiki akhlak, serta menegakkan keadilan.

Maka, ketika seorang Muslim belajar, sesungguhnya ia sedang menyambung tali penghambaan kepada Tuhannya, sekaligus menguatkan perannya di tengah masyarakat.

Doa Sebelum Belajar

Sebelum pena mulai menari di atas kertas, sebelum buku dibuka dan pikiran bekerja keras, ada satu hal yang sering terlupa namun sarat makna: berdoa.

Dalam Islam, setiap aktivitas bernilai ibadah jika diawali dengan niat yang benar dan dibungkus dengan adab. Belajar pun demikian.

Salah satu bentuk adabnya adalah mengawali dengan doa yang tulus kepada Sang Pemilik Ilmu.

Berikut adalah doa singkat namun dalam maknanya, yang sangat dianjurkan dibaca sebelum belajar:

اللهم زدني علماً وارزقني فهماً

 

Allāhumma zidnī ‘ilman warzuqnī fahman

Artinya: “Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu, dan karuniakanlah kepadaku pemahaman.”

Doa ini memuat dua permintaan inti: ditambahkan ilmu, dan diberi kemampuan untuk memahaminya. Sebab ilmu yang melimpah pun tak akan berguna jika tak mampu dipahami, dan pemahaman tanpa arah pun dapat menyesatkan.

Doa ini menjadi semacam “kunci pembuka” agar proses belajar tidak hanya efektif secara intelektual, tetapi juga diterangi oleh keberkahan.

Lebih dari itu, membaca doa ini juga melatih kita untuk rendah hati. Ia mengingatkan bahwa sehebat apa pun daya ingat dan logika kita, tetap ada batas yang hanya bisa dilampaui dengan pertolongan Allah.

Ini adalah bentuk tawakal intelektual, usaha maksimal yang dipadu dengan pengakuan akan keterbatasan diri.

Para ulama klasik pun menekankan pentingnya adab sebelum belajar, yang tak kalah penting dari isi pelajaran itu sendiri. Beberapa adab yang diajarkan antara lain:

1. Memperbaiki niat, yakni belajar bukan untuk pamer, tapi untuk mencari ridha Allah dan memberi manfaat.

2. Berwudu sebelum menuntut ilmu, sebagai bentuk penyucian lahir dan batin.

3. Menghormati guru dan teman belajar, sebab keberkahan ilmu juga mengalir melalui etika terhadap sesama.

4. Menghindari maksiat, karena dosa bisa menggelapkan hati dan menghalangi masuknya cahaya ilmu.

Maka, dengan membaca doa ini dan menjaga adab yang diajarkan ulama, kita bukan hanya sedang menambah pengetahuan, tetapi juga sedang mendidik jiwa untuk lebih dekat kepada Sang Pemilik Ilmu.

Doa Sesudah Belajar

Setelah proses belajar usai, baik itu selesai membaca satu halaman kitab, memahami konsep sulit, atau menyelesaikan tugas, ada satu hal penting yang tak boleh dilewatkan: bersyukur.

Dalam Islam, ilmu bukan sekadar hasil kerja keras, melainkan anugerah yang dititipkan. Maka, mengucapkan syukur setelah belajar menjadi wujud kesadaran bahwa keberhasilan memahami sesuatu bukan hanya buah usaha, tapi juga pemberian.

Doa berikut menjadi amalan yang baik untuk ditutupkan setelah belajar:

ٱلْـحَمْدُ لِلَّـهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ، ٱللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

 

Alhamdulillāhi Rabbil ‘ālamīn, Allāhumma innī as’aluka ‘ilman nāfi‘an, wa rizqan ṭayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan.

Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”

Tak hanya ungkapan syukur, tetapi juga sebuah harapan agar ilmu yang diperoleh tidak menjadi kosong dan tak berjejak.

Kita memohon agar ilmu itu memberi manfaat nyata, bukan sekadar hafalan di kepala, tapi juga nilai yang hidup dalam tindakan.

Bahkan, dalam salah satu doa Nabi, disebutkan permintaan agar dijauhkan dari ‘ilmun lā yanfa‘ ilmu yang tidak memberi manfaat.

Sebab ilmu yang tidak dijaga bisa cepat hilang. Salah satu cara menjaga ilmu bukan hanya dengan mengulangnya, tetapi juga mengamalkannya.

Sebagaimana dikatakan oleh para ulama: “Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah.”

Jadi, menutup sesi belajar dengan doa ini bukan hanya soal tradisi atau formalitas, tetapi bagian dari perjalanan spiritual seorang penuntut ilmu.

Sebuah cara untuk mengatakan, “Ya Allah, aku belajar karena-Mu, maka tetapkanlah ilmunya dalam hati dan jadikan ia penerang hidupku.”

Mengapa Doa Penting dalam Proses Belajar

Di tengah semangat menuntut ilmu, sering kali kita terjebak pada pencapaian kuantitas. Berapa banyak yang dihafal, berapa nilai yang didapat, atau berapa sertifikat yang terkumpul.

Namun, dalam pandangan Islam, ada satu parameter yang lebih tinggi nilainya: ilmu yang bermanfaat.

Yakni ilmu yang menghidupkan hati, membentuk akhlak, dan menjadi bekal amal, bukan sekadar menumpuk informasi tanpa arah.

Dalam sebuah doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, kita diminta berlindung dari ilmu yang tidak membawa manfaat.

Ini menunjukkan bahwa tidak semua ilmu bernilai sama dalam pandangan syariat. Ilmu yang sia-sia adalah yang menjauhkan kita dari Allah, menumbuhkan kesombongan, atau tidak pernah diterapkan dalam kehidupan nyata.

Lalu, di mana peran doa dalam hal ini?

Doa adalah titik awal sekaligus tali penghubung antara pengetahuan dan keberkahan. Ia mengingatkan kita bahwa kecerdasan bukan semata hasil latihan otak, tetapi juga karunia dari Dzat Yang Maha Mengetahui.

Dengan berdoa sebelum belajar, kita sedang menanamkan adab: bahwa kita tidak menggantungkan hasil pada usaha semata, tetapi menyandarkannya kepada Sang Pemilik Ilmu.

Doa, dalam konteks ini, juga menjadi latihan kerendahan hati. Ia menjaga kita dari merasa cukup dengan usaha pribadi.

Sebab, sehebat apa pun strategi belajar dan setebal apa pun buku yang dibaca, tanpa izin Allah, ilmu itu tidak akan menetap dalam ingatan maupun hati.

Fakta Mengenai Doa

Doa (dalam Islam) bukan sekadar permintaan. Ia adalah bentuk kepasrahan yang paling jujur, sebuah dialog langsung antara hamba dan Tuhannya, tanpa perantara, tanpa birokrasi.

Ia lahir dari pengakuan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas, sementara Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui, dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Secara etimologis, doa berasal dari kata da‘ā, yang berarti memanggil, meminta, atau menyeru.

Tetapi dalam konteks spiritual, maknanya jauh lebih luas. Doa adalah perwujudan ketergantungan total kepada Allah, dan dalam Islam, itu bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan.

Tak heran bila Rasulullah ﷺ menyebut:

“Ad-du‘ā’ huwa al-‘ibādah.”

“Doa itu adalah inti ibadah.” (HR. Tirmidzi)

Kalimat singkat ini membawa pesan besar: ibadah bukan hanya tentang gerak tubuh, tetapi tentang seberapa jauh kita menyandarkan harapan kepada Allah.

Maka, ketika seseorang berdoa sebelum atau sesudah belajar, ia sedang mengangkat aktivitas yang tampak duniawi menjadi bentuk ibadah yang luhur.

Doa juga disebut sebagai senjata seorang mukmin. Sebagaimana senjata digunakan untuk melindungi dan menyerang, doa pun menjadi tameng dari keputusasaan sekaligus jalan untuk menggapai pertolongan Ilahi.

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, doa adalah jangkar yang menenangkan hati dan meneguhkan langkah.

Penutup

Aktivitas mencari ilmu memiliki dimensi ibadah, dan setiap ibadah yang bernilai tinggi selalu diawali dan diakhiri dengan adab, termasuk dengan doa.

Itulah sebabnya, mengawali dan menutup sesi belajar dengan doa bukan sekadar formalitas, tetapi bagian dari proses menyucikan niat, membuka hati, serta mengundang keberkahan.

Doa menjadikan proses belajar lebih dari sekadar aktivitas otak. Ia menautkan harapan dengan keyakinan, mengaitkan usaha dengan tawakal, dan mengubah rutinitas menjadi ladang pahala.

Semoga setiap ilmu yang dipelajari bukan hanya menjadi bekal untuk mengarungi dunia, tetapi juga penerang dalam perjalanan menuju akhirat.

Karena pada akhirnya, ilmu yang diberkahi bukan hanya yang membuat kita tahu, tetapi yang menjadikan kita lebih bijak, lebih rendah hati, dan lebih dekat kepada Allah.


Great Students are Produced by a Great School

SMP International Islamic Secondary School (SMP IISS) adalah bagian dari Yayasan International Islamic Education Council (IIEC), yang didirikan di Indonesia sebagai simbol representasi umat Islam dunia.

SMP IISS berbasis kepada lima pilar kurikulum yang dirancang sebaik mungkin dan terintegrasi menjadi satu kesatuan tak terpisahkan sehingga menjadikan sekolah ini sebagai sekolah kehidupan. Dimana mencetak anak didiknya, menjadi individu yang terisi segala aspek kehidupan baik itu pola pikir, rohani, jasmani dan keterampilan.

Keunggulan SMP IISS

SMP International Islamic Secondary School (SMP IISS) adalah sekolah Islam berkonsep asrama yang menerapkan ajaran-ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan Sunnah yang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

1. Sekolah Boarding bertaraf International.
2. Terakreditasi A.
3. Overseas Program ke Negara: Jordan, New Zealand, Canada, United State dan Australia.
4. Program Akselerasi.
5. Target Hafalan 2 Juz.
6. Fasilitas Sekolah yang Menarik.
7. Networking.
8. Mendapatkan Ijazah Nasional (Diknas) dan International (Ijazah yayasan IIEC).

Hubungi Kami

Mari bergabung bersama kami, menjadi bagian keluarga besar International Islamic Education Council (IIEC). Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, silahkan hubungi kami pada kontak yang tertera di bawah ini:

Email: admission@iiec-edu.com
Telp: +62-811-346-767
WhatsApp: +62-811-346-767

Pendidikan SMP IISS adalah berdasarkan Al-Quran dan sunnah Rasul ﷺ yang menghantarkan manusia pada cakrawala ilmu yang terang benderang, melebur tembok-tembok perbedaan serta menembus tabir-tabir kegelapan.

Pendidikan ini mengantarkan anak-anak kita untuk dapat menjadi umat yang mampu mengimplemantasikan Islam secara utuh dan konsisten, karena dengan demikianlah mereka dapat menjadi lokomotif serta menjadi tulang punggung tegaknya kemuliaan hidup di muka bumi ini.

Enrollment SMP IISS