“Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)
Setiap insan, tanpa terkecuali, akan bersentuhan dengan fase-fase getir dalam hidup.
Kadang berupa kehilangan, di lain waktu berupa kegagalan, kekecewaan, atau bahkan pergulatan batin yang tak bisa diungkapkan dengan kata.
Ujian bukanlah anomali, melainkan keniscayaan dalam narasi kehidupan manusia.
Namun, di tengah derasnya gelombang cobaan, Islam tak membiarkan jiwa-jiwa itu terombang-ambing tanpa pegangan.
Al-Qur’an dengan lugas menawarkan dua kunci utama yang tak lekang oleh zaman: sabar dan shalat.
Keduanya bukan sekadar konsep, tetapi instrumen untuk meneguhkan hati, menenangkan pikiran, sekaligus memperhalus cara pandang terhadap musibah.
Mengapa Hidup Pasti Diuji
Banyak orang bertanya, “Mengapa hidup terasa berat?” atau, “Mengapa justru orang baik sering diuji?” Pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah tanda lemahnya iman, melainkan bukti bahwa jiwa manusia terus mencari makna di balik peristiwa.
Dalam pandangan Islam, ujian bukan sekadar cobaan acak tanpa tujuan. Ia adalah bagian dari skenario Ilahi yang disusun dengan presisi, bukan untuk melemahkan, melainkan untuk menumbuhkan.
Allah SWT menjelaskan secara tegas dalam Al-Qur’an:
“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ujian adalah bentuk dialog Allah dengan hamba-Nya, bukan lewat kata, tapi lewat peristiwa. Menguji keyakinan, memperbaiki akhlak, dan membentuk jiwa agar lebih kuat serta matang.
Seperti logam yang dibakar agar tampak kilaunya, begitulah manusia diuji agar tampak nilainya.
Nabi Muhammad SAW pun bersabda:
“Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para anbiya’ kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran (dalam suatu riwayat ‘kadar’) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseroang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.” (HR. Tirmidzi)
Jika para utusan pilihan saja ditempa sedemikian rupa, tentu kita (sebagai pengikutnya) juga tak bisa berharap hidup akan steril dari tantangan.
Namun penting untuk dipahami, ujian bukanlah tanda kemurkaan, melainkan bukti perhatian. Bahkan, dalam banyak kasus, ujian justru menjadi bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya.
Dengan mengirimkan kesulitan, Dia sedang mengajarkan sesuatu yang tak mungkin didapat dari kelapangan.
Sebab terkadang, hati manusia hanya benar-benar kembali kepada-Nya saat jalan lain telah buntu.
Sabar: Kekuatan Mental dan Spiritual
Dalam kehidupan modern yang serba instan, kesabaran kerap dianggap barang langka.
Secara etimologis, sabar berasal dari akar kata ṣa-ba-ra, yang berarti menahan, mengendalikan, atau bertahan.
Dalam konteks keislaman, sabar adalah kemampuan untuk tetap teguh dalam menjalani perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan menghadapi ujian hidup dengan jiwa yang lapang.
Tiga Wajah Sabar dalam Islam
Para ulama membagi sabar menjadi tiga dimensi utama, yang semuanya berperan penting dalam membentuk ketangguhan spiritual seseorang:
1. Sabar dalam ketaatan
Menjalankan perintah Allah secara konsisten bukanlah perkara mudah. Membangun rutinitas shalat, menjaga akhlak, atau memperjuangkan keikhlasan dalam amal, semuanya menuntut kedisiplinan hati dan pengendalian diri yang kuat.
2. Sabar dalam menjauhi maksiat
Godaan itu nyata. Dalam era digital, menjauh dari kemungkaran justru kian menantang. Maka, sabar di sini bukan sekadar menolak, tetapi juga menundukkan hawa nafsu dan menjaga batas diri, meski tak ada yang mengawasi.
3. Sabar dalam menghadapi musibah
Ini mungkin bentuk sabar yang paling dikenal: ketika kehilangan datang, ketika rencana gagal, atau saat harapan tak berbalas. Di sinilah sabar menjadi penopang jiwa, menjaga seseorang tetap berdiri meski dunia di sekitarnya runtuh.
Sejarah para nabi adalah cermin kejernihan sabar dalam bentuk paling luhur. Lihatlah Nabi Ayyub AS, yang diuji dengan sakit parah dan kehilangan harta serta keluarga, namun tak sekalipun keluh terucap dari lisannya.
Ia tak meminta ujian itu diangkat, kecuali setelah bertahun-tahun, dan itu pun dengan kalimat penuh adab: “Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Al-Anbiya: 83)
Begitu pula Nabi Yusuf AS, yang tetap tegar meski dikhianati saudara, dijual sebagai budak, difitnah, lalu dipenjara bertahun-tahun. Namun setiap babak derita justru membawanya naik kelas, dari seorang tahanan menjadi pemimpin, dari seorang yang disakiti menjadi pemaaf.
Bagaimana Melatih Kesabaran?
Kesabaran bukan sesuatu yang instan muncul. Ia perlu dibina, dilatih, dan diasah secara berkelanjutan. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
– Perbanyak merenung (muhasabah): Dengan menyadari bahwa hidup ini sementara, hati jadi lebih mudah menerima segala keadaan.
– Jaga lisan dan pikiran: Sabar bukan hanya soal menahan amarah, tetapi juga menolak untuk mengeluh berlebihan atau menyalahkan keadaan.
– Bangun kedekatan dengan Al-Qur’an: Kitab suci Al-Qur’an adalah sumber ketenangan dan petunjuk yang menuntun jiwa menuju keteguhan.
– Latih diri lewat hal-hal kecil: Seperti menahan diri untuk tidak membalas komentar pedas, atau tetap tenang saat antre panjang—ini adalah latihan sabar yang sering diremehkan.
– Berdoa dan mohon pertolongan: Sabar bukan hanya soal kekuatan diri, tapi juga soal kebergantungan kepada Allah. Maka, jangan sungkan memohon: “Ya Allah, limpahkan aku kesabaran.”
Sabar bukan berarti diam dan menyerah. Justru di dalamnya ada ketegaran, ada perjuangan yang tak selalu disorot, tetapi sangat berharga di sisi Allah SWT.
Shalat: Sumber Ketenangan dan Koneksi dengan Allah
Dalam hiruk-pikuk dunia yang tak pernah benar-benar diam, manusia membutuhkan ruang tempat jiwa bisa bernapas, hati bisa pulih, dan pikiran kembali jernih. Bagi seorang mukmin, tempat itu bernama shalat.
Shalat bukan sekadar kewajiban harian atau rutinitas. Ia adalah titik temu paling intim antara hamba dan Rabb-nya, sebuah komunikasi yang tidak dibatasi ruang, waktu, atau bahasa.
Ketika tak ada lagi manusia yang bisa diajak bicara, ketika kata-kata terasa hampa, shalat hadir sebagai dialog yang paling jujur.
Ada keajaiban tersendiri ketika seseorang benar-benar tenggelam dalam shalat. Ketika hati sadar bahwa ia sedang berdiri di hadapan Sang Pencipta, segala hal duniawi terasa kecil.
Kekhawatiran pun perlahan mengecil karena yakin ada Dzat yang Maha Mengatur.
Shalat yang dilakukan dengan kesadaran adalah terapi jiwa. Ia bukan saja memperbaiki hubungan vertikal dengan Tuhan, tapi juga membenahi hubungan horizontal dengan sesama dan diri sendiri.
Shalat dan Ketangguhan Spiritual
Tidak sedikit hadits yang menegaskan peran vital shalat dalam menghadapi kesulitan. Salah satunya:
“Siapa yang menjaga shalat, maka shalat akan menjadi cahaya, petunjuk, dan keselamatan baginya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Dan dalam hadits lain:
“Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama.” (HR. Baihaqi)
Shalat, dalam konteks ini, bukan hanya ritual, tetapi fondasi kekuatan spiritual.
Seseorang yang kokoh dalam shalatnya, cenderung memiliki daya tahan batin yang tinggi. Ia tahu kepada siapa harus mengadu, tempat mana harus berpulang.
Penutup
Setiap jiwa akan bertemu dengan masa-masa sulit, entah itu dalam bentuk kehilangan, kekecewaan, atau jalan hidup yang tak sesuai harapan.
Namun, Islam tidak membiarkan kita berjalan sendirian dalam keremangan. Ia memberi dua lentera utama yang tak pernah padam: sabar dan shalat.
Sabar meneguhkan hati agar tak runtuh saat terpukul kenyataan, sedangkan shalat menghubungkan kita langsung dengan sumber segala kekuatan, Allah SWT.
Keduanya bukan hanya solusi, melainkan fondasi bagi jiwa yang ingin bertahan dan berkembang, bahkan di tengah badai.
Tenangkan langkah, tundukkan hati, dan kembalilah kepada dua penolong yang sudah disiapkan Sang Pencipta. Di sanalah, perlahan tapi pasti, kita akan menemukan makna, kekuatan, dan kedamaian yang tak bisa dibeli dunia.
“Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)
Great Students are Produced by a Great School
SMP International Islamic Secondary School (SMP IISS) adalah bagian dari Yayasan International Islamic Education Council (IIEC), yang didirikan di Indonesia sebagai simbol representasi umat Islam dunia.
SMP IISS berbasis kepada lima pilar kurikulum yang dirancang sebaik mungkin dan terintegrasi menjadi satu kesatuan tak terpisahkan sehingga menjadikan sekolah ini sebagai sekolah kehidupan. Dimana mencetak anak didiknya, menjadi individu yang terisi segala aspek kehidupan baik itu pola pikir, rohani, jasmani dan keterampilan.
Keunggulan SMP IISS
SMP International Islamic Secondary School (SMP IISS) adalah sekolah Islam berkonsep asrama yang menerapkan ajaran-ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan Sunnah yang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
1. Sekolah Boarding bertaraf International.
2. Terakreditasi A.
3. Overseas Program ke Negara: Jordan, New Zealand, Canada, United State dan Australia.
4. Program Akselerasi.
5. Target Hafalan 2 Juz.
6. Fasilitas Sekolah yang Menarik.
7. Networking.
8. Mendapatkan Ijazah Nasional (Diknas) dan International (Ijazah yayasan IIEC).
Hubungi Kami
Mari bergabung bersama kami, menjadi bagian keluarga besar International Islamic Education Council (IIEC). Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, silahkan hubungi kami pada kontak yang tertera di bawah ini:
Email: admission@iiec-edu.com
Telp: +62-811-346-767
WhatsApp: +62-811-346-767 (klik untuk chat langsung)
Pendidikan SMP IISS adalah berdasarkan Al-Quran dan sunnah Rasul ﷺ yang menghantarkan manusia pada cakrawala ilmu yang terang benderang, melebur tembok-tembok perbedaan serta menembus tabir-tabir kegelapan.
Pendidikan ini mengantarkan anak-anak kita untuk dapat menjadi umat yang mampu mengimplemantasikan Islam secara utuh dan konsisten, karena dengan demikianlah mereka dapat menjadi lokomotif serta menjadi tulang punggung tegaknya kemuliaan hidup di muka bumi ini.
Lihat postingan ini di Instagram
Sebuah kiriman dibagikan oleh International Islamic Education Council (@iiec_ri)